Sejarah sunan Kalijaga jilid 05

Sunan Kalijaga(Raden Sahid)

sunan kalijaga
Pakisaswaja.blogspot.com
 Pakis,20 october 2018
Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang paling poluler di Jawa karena beliau lebih di kenal luas oleh para masyarakat. Bahkan sebagian orang Jawa menganggapnya sebagai guru agung tanah jawa. Beliau mempunyai nama kecil yaitu Raden Sahid.
Raden Sahid merupakan putra  Tumenggung Wilwatika, Adipati Tuban. Sang Tumenggung merupakan keturunan Ranggalawe yang sudah beragama Islam dan berganti nama menjadi Raden Sahur. Ibunda dari Raden Sahid bernama Dewi Nawangrum.
Semasa kecil, Raden Sahid sudah mempelajari Islam di tuban. Akan tetapi, melihat kondisi lingkungan yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam sehingga memberontaklah Raden Sahid. Ia melihat banyak Rakyat jelata  yang hidupnya sengsara. Sedangkan para bangsawan Tuban hidup dengan berfoya- foya. Para pemuka agama yang diam saja tak banyak berpendapat. Di sisi lain, pejabat kadipaten pun sewenang wenang memperlakukan rakyat kecil. Karena itu, hati Raden Sahid merasa sangat gelisah.
Raden Sahid muda memiliki solidaritas tinggi terhadap kawan kawannya. Tak segan – segan ia bergaul dengan di lingkungan rakyat. Di kala itulah raden tak lagi tahan melihat kondisi  penderitaan kaum miskin pedesaan.
Maka ketika malam hari, ia sering mengambil bahan makanan dari gudang kadipaten dan memberikannya kepada rakyat miskin.
Lambat laun, perbuatan Raden Sahid tersebut kemudian di ketahui oleh pihak ayahnya. Sang Raden pun kemudian di usir dari istana sehingga akhirnya ia mengembara tanpa tujuan yang pasti. Di hutan Jatiwangi, yaitu di perbatasan Kudus dan Pati, menetaplah Raden Sahid. Di sana beliau merampok orang- orang kaya yang pelit terhadap orang miskin. Kemudian hasilnya beliau berikan pada mereka kaum miskin.
Sunan kalijaga dalam berdakwahnya tidak mendirikan pesantren. Karena, menurut beliau semua dunia adalah pesantren. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga menggubah tembang “ilir- ilir”, membuat kreasi seni batik yang bermotifkan  lukisan burung, menggubah tembang “macapat”, “Dhandhanggula”, menyelaraskan gong sekaten. Dan menyungging wayang kulit untuk sarana dakwah.
Tata cara pemeluk agama lama, seperti semadi dan sesaji justru di gunakan sebagai alat penyebaran agama Islam. Oleh karena itulah sunan Kalijaga memelopori ritual peringatan maulid Nabi Muhammad di Surakarta dan Yogyakarta dengan upacara Sekaten, Grebeg Maulud, Grebeg Besar, dan Grebeg Syawal.
Penerbit: syahriyadi
Almt : pakis Tambakromo Pati

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah sunan Ampel. jilid 02

ABU NAWAS

Sejarah sunan Gunung jati jilid 09