Sejarah sunan Drajat jilid 04

Sunan Drajat(Raden Qosim)


sunan drajat
Pakisaswaja.blogspot.com

Pakis,20 october 2018 
Kata Drajat berasal dari bahasa Arab, yaitu darajat yang berarti martabat atau tingkatan. Sunan Drajat merupakan seorang putra dari Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Dewi Candrawati. Sunan Drajat juga adik dari Sunan Bonang. Beliau hidup pada zaman Majapahit Akhir, sekitar tahun  1478 M.
Diantara para Wali songo, mungkin beliaulah yang mempunyai nama paling banyak. Ketika muda, Sunan Drajat dikenal sebagai Raden Qosim atau Kasim.
Selain itu, berbagai naskah kuno  menyebutkan beberapa nama beliau yang lain. Misalnya Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifudin, Pangeran Kadrajat, dan Masaikh Munar.
Empat pokok ajaran Sunan Drajat adalah “paring teken marang kang kalunyon lan wuta; paring pangan marang kang kaliren; paring sandhang marang kang kawudan; paring payung marang kang kodanan.” Artinya, berikanlah tongkat kepada orang yang buta; berikanlah makan pada orang yang kelaparan; berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang; berikanlah payung pada orang yang kehujanan.
Sunan Drajat sangat memperhatikan kaumnya. Beliau kerap kali berjalan mengitari perkampungan pada malam hari. Penduduk merasa aman dan terlindung dari gangguan makhluk halus yang konon cerita sangat meraja lela selama adanya setelah pembukaan hutan.
Usai sholat Ashar beliau keliling perkampungan seraya berdzikir dan mengingatkan penduduk untuk melaksanakan sholat magrib. “Berhentilah bekerja, jangan lupa sholat,” nasihat beliau dengan membujuk. Di saat yang lain beliau juga merawat dan mengobati warga yang sakit dengan ramuan tradisional dan doa.
Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawannannya. Beliau menurunkan ajaran agar tidak saling menyakiti, baik melaui perkataan atau perbuatan. “Bapang den simpangi, ana catur mungkur”, demikian petuahnya. Artinya, janganlah mendengarkan pembicaraan yang menjelek jelekkan orang lain dan hindarilah perbuatan yang dapat mencelakai orang lain.
Kelembutan Sunan Drajat telah mendorongnya untuk mengenalkan Islam melalui konsep dakwah bil hikmah, yaitu secara bijak dan tanpa memaksa.
Ada beberapa cara yang dilakukan Sunan Drajat dalam menyampaikan dakwahnya. Pertama, lewat pengajian secara langsung di masjid ataupun di langgar. Kedua, melalui penyelenggaraan pendidikan di pesantren, lantas memberikan fatwa atau petuah dalam menyelesaikan suatu masalah. Ketiga, melalui kesenian tradisional. Beliau juga menyampaikan ajaran agama melalui ritual adat tradisional sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Penerbit; syahriyadi
Almt: pakis, Tambakromo,pati 

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah sunan Ampel. jilid 02

ABU NAWAS

Sejarah sunan Gunung jati jilid 09